“Preeklampsi
& Diabetes Mellitus Gestasional”
D i s u s u n O l eh :
●Nama : Tri Rika Sri Megawita
●NIM : 13140115
●Kelas : B.10.2
●Prodi : D4-Bidan Pendidik
●Fakultas : Ilmu
Kesehatan
Universitas
Respati
Yogyakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dan
inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan (kedokteran),
memungkinkan dilakukannya upaya pengendalian berupa kegiatan promosi dan juga
pencegahan serta penanggulangan penyakit termasuk tidak menular, contohnya
yaitu preeklamsi dan diabetes melitus gestasional.Pedoman teknis penemuan dan
tata laksana Preeklamsi dan diabetes melitus gestasional ini merupakan salah
satu pedoman bagi petugas kesehatan.
Preeklampsia
merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini masih merupakan sebab utama kematian ibu
dan sebab kematian perinatal yang tinggi.Preeklampsia terjadi pada umur
kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan.
Selama
kehamilan, produksi insulin harus ditingkatkan. Pada beberapa wanita
peningkatan ini tidak cukup sehingga menyebabkan pengaturan gula darahnya
memburuk. Gula darahnya menjadi terlalu tinggi, terutama setelah makan. Peningkatan
gula darah yang tinggi ini menggambarkan kondisi yang disebut diabetes
kehamilan (gestational diabetes).
Diabetes
melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM
dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa
kehamilan.
1.2 Rumusan Masalah
1.sejauh
manakah pengetahuan tentang preeklampsia dan diabetes mellitus gestasional dari segi faktor
risiko,komplikasi dan antenatal care yang harus diberikan kepada ibu
mengandung?
2.Bagaimana
mengidentifikasi masalah dan penegakan diagnosa
pada preeklamsia dan diabetes melitus gestasional?
3.Bagaimana
penanganan preeklamsia dan diabetes melitus gestasional?
1.3 Tujuan
1.Mampu
mengoptimalkan upaya dalam pengurangan angka kematian ibu dan bayi yang saat
ini masih tinggi.
2. Mengetahui bahwa Preeklampsia juga merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa
ante, intra dan post partum dan juga kontra indikasi terhadap persalinan
normal.
3.
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kebidanan tentang faktor
risiko seseorang ibu hamil untuk
mendapatkan kasus Preeklampsia dan GDM
4.Mengetahui tingkat pengetahuan
mahasiswa kebidanan mengenai komplikasi yang bakal dihadapi oleh ibu hamil dan
pada janin kalau GDM tidak ditangani pada tahap awal.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
PREEKLAMSIA
2.1. Epidemiologi
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang
disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia
preeclampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian
perinatal yang tinggi.
Angka kematian
Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang
tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak
begitu mengerti tentang kesehatan, juga karena perawatan dalam persalinan masih
di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada
preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 %
penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang
pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein
urine harus benar – benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga
medis.
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew
warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi
dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat
berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat.
2.2 Patofisiologi
Pada
Preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunningham, 2003). Perubahannya pada organ-organ :
a) Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis, thrombosis pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium
b) Retima
c) Metabolism air dan elektrout
d) Mata
e) Otak, pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri.
f) Uterus aliran darah ke plasenta menurun dan
menyebabkan gangguan pada plasenta.
g) Paru-paru, kematian ibu pada preeclampsia dan eklamsia
biasanya disebabkan oleh edema paru.
2.2.1 Tanda
Peringatan
tanda-tanda preeklampsia, yang dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba
menyerang, sering kali terjadi dalam beberapa minggu terakhir kehamilan.
Pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan tangan, sering menyertai
preeklamsia juga. Namun demikian pembengkakan tidak dianggap sebagai tanda yang
dapat diandalkan untuk preeklamsia, karena hal itu juga terjadi pada kehamilan
normal.
2.2.2 Gejala
Gejala yang muncul antara
lain:
- Sakit kepala persisten
- Perubahan penglihatan, termasuk penglihatan kabur, kilatan cahaya, kepekaan terhadap cahaya dan kehilangan penglihatan
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di sisi kanan
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba, biasanya lebih dari 5 pon (2,3 kilogram) seminggu
- Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
-Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
-Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
- Sakit kepala persisten
- Perubahan penglihatan, termasuk penglihatan kabur, kilatan cahaya, kepekaan terhadap cahaya dan kehilangan penglihatan
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di sisi kanan
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba, biasanya lebih dari 5 pon (2,3 kilogram) seminggu
- Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
-Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
-Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
2.2.3 Faktor Resiko
a)
Riwayat Preeklampsia
b) Primigravida,
karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking antibodies)
belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
c)
Kegemukan
d)
Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai
bayi kembar atau lebih.
e)
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis
atau lupus.
2.2.4 Komplikasi
1.
Berkurangnya aliran darah menuju plasenta.
Preeklamsia
akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika
plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan
oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat
kurang.
2.
Lepasnya plasenta.
Preeklamsia
meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir,
sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
3.
Sindrom HELLP.
HELLP adalah
singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan
low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah
sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala
serta nyeri perut atas.
4.
Eklamsia
Jika preklamsia
tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan
kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia
berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada
kematian janin maupun ibunya.
2.2.5 Tatalaksana
Penatalaksanaan
rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :
- Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).
- Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
- Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral
selama 7 hari.
- Roborantia
- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)
- Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).
- Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
- Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral
selama 7 hari.
- Roborantia
- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)
Penatalaksanaan
rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :
1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala pre eklampsia.
2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu).
3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat
- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat
jalan.
1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala pre eklampsia.
2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu).
3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat
- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat
jalan.
Perawatan
obstetri pasien pre eklampsia ringan :
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.
BAB III
DIABETES
MILITUS GESTASIONAL
3.1.Epidemiologi
Definisi
diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health Organization (WHO)
dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes
Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita
normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan prevalensi global pada
tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala projeksinya ke tahun 2025
akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Kira-kira 135,000
wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira 3-5%. Bagi data
statistik bagi kasus GDM di Indonesia , penulis tidak bisa mendapat datanya
karena tidak ada penelitian yang sahih telah dilakukan di negara Indonesia
mengenai GDM.
Faktor
risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining dan diagnosis
GDM yang dikeluarkan oleh ADA,2008 Standard of Medical Care,
pada wanita ras Hispanik, Afrika,
Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan
mempunyai risiko mendapat GDM berada di
kategori sedang. Mereka perlu
melakukan melakukan tes gula darah pada
kehamilan 24 - 28 minggu. Ditambah
lagi, risiko mendapat GDM pada ibu
hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun
adalah 1%, lebih dari 25 tahun adalah
14%, umur ibu diantara 21 – 30 tahun
adalah kurang dari 2% dan pada ibu yang
umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 -
14% mengikut statistik yang didapatkan
dari buku Diabetology of Pregnancy,
oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol 17
dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini,
kita bisa merangkupkan wanita di Negara
Asia atau di Negara Indonesia sendiri
menpunyai risiko untuk mendapat GDM dan
pada lingkupan usia lebih dari 25
tahun mempunyai risiko tinggi mendapat
GDM.
3.2.Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan
fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya
3.2.1 Tanda
Walaupun terkadang tidak ada tanda yang jelas, tetapi
diabetes melitus gestasional dapat dikenali dari tanda-tanda yang umum dialami,
seperti:
- Sering buang air kecil
- Haus berlebihan
- Peningkatan kelaparan
- Kehilangan berat badan yang drastis
- Kelelahan
- Kurangnya minat dan konsentrasi
- Muntah dan nyeri perut (sering keliru sebagai flu)
- Sebuah sensasi kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki
- Sering infeksi
- Luka lambat sembuh
3.2.2 Gejala
Diabetes
kehamilan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Bila ada gejala, keluhan
yang mungkin dirasakan adalah gejala umum diabetes seperti rasa haus
terus-menerus, sering buang air kecil, dan cepat lelah.
3.2.3 Faktor
Resiko
Penyebab
diabetes kehamilan diduga karena kebutuhan insulin yang meningkat sampai 2-3
kali lebih tinggi selama kehamilan. Di sisi lain, sejumlah hormon yang
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan janin bertindak berlawanan dengan
insulin. Jika efek hormon-hormon melebihi kemampuan ibu untuk memproduksi
insulin yang cukup, kadar glukosa darah akan meningkat.
Wanita yang hamil pada usia di atas 30
tahun berisiko lebih tinggi terkena gangguan ini. Faktor risiko lain
adalah keturunan (terutama bila orang tua atau saudara kandungnya memiliki
diabetes tipe 1 atau tipe 2), kelebihan berat badan (BMI lebih dari 25 kg/m2), pernah
menderita diabetes kehamilan sebelumnya, dan riwayat penyakit sindrom ovarium
polikistik (PCO).
3.2.4
Komplikasi
Diabetes
kehamilan berisiko menimbulkan komplikasi kehamilan yang membahayakan ibu hamil
dan bayinya. Risiko komplikasi bagi ibu hamil mencakup hipertensi
kehamilan (pre-eklamsia), edema (pembengkakan), cairan ketuban terlalu
banyak, melahirkan bayi lebih besar dari ukuran normal (makrosomia) dan
persalinan prematur. Potensi risiko untuk bayinya termasuk penyakit
kuning, gula darah rendah dan kesulitan bernafas saat lahir.
Bayi yang ibunya terkena diabetes
kehamilan cenderung memiliki berat badan besar karena dia harus membuat insulin
ekstra untuk mengontrol gula darah yang tinggi, sehingga cadangan lemak
dan jaringannya besar. Hal ini dapat membuat proses kelahirannya sulit dan
seringkali harus melalui operasi caesar.
Bayi tersebut juga dapat memiliki gula darah rendah (hipoglikemia) setelah
lahir karena tingkat insulin tubuhnya yang tinggi. Beberapa studi menunjukkan
bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes kehamilan lebih berisiko
terkena diabetes tipe 2
dan obesitas di usia
dewasanya.
3.2.5
Tatalaksana
Penatalaksanaan
DMG harus dilaksanakan terpadu oleh spesialis penyakit dalam, bekerja sama
dengan spesialis obstetri ginekologi, spesialis anak dan ahli gizi.
Penatalaksanaan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatus. Secara umum, penatalaksanaan DMG sama seperti penatalaksanaan DM
umumnya. Berdasarkan konsensus Diabetes Melitus Gestasional yang dikeluarkan
PERKENI yang menyebutkan bahwa sasaran kendali glikemik pada ibu hamil dengan
diabetes sesuai dengan: Glukosa darah puasa : 105 mg/dL dan Glukosa darah 2 jam
pasca makan : 120 mg/dL.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Preeklampsia
dan Diabetes Melitus Gestasional merupakan Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita
hamil. Pada wanita
hamil terjadi perubahan- perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat karena adanya
hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan
tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai
faktor dapat mengganggu keseimbangan
metabolisme karbohidrat.
B.Saran
Makalah ini
disusun agar para pembaca khususnya pada wanita hamil agar selalu memeriksakan
kehamilannya, kepada tenaga kesehatan karena,RISIKO
pada ibu hamil memang cukup tinggi. Kenali gejalanya sedini mungkin agar dapat
diatasi dengan tepat dan tidak meninggalkan risiko pada janin.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam.
Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta, 1998.
Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita
selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI,
2001
Hanifa. Ilmu Kebidanan ed. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta 2005
http://www.scribd.com/doc/899951/laporan
kasus preeklampsia nas.
http://kuliahbidan.wordpress.com
Adam JMF, editor.
Skrining diabetes mellitus pada kehamilan.
Dalam :Endokrinologi
praktis. Diabetes mellitus, tiroid, hiperlipidemi. Ujung
Pandang; PT. Organon
.1989 hal. 105 – 13.
Diabetes forum.
Treatment gestational diabetes mellitus. Avalaible from : diabetes-
forum.net/cgi-bin/display_engine.pl?category_id=6&content_id/html.Accessed
September 28, 2003.
Adam JMF. Diagnosis
dan penatalaksanaan diabetes mellitus gestasional. Dalam : Noer
HMS at al, eds. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 3.
Jakarta : Balai
penerbit FKUI. 1996.
hal. 675 – 80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar