Rabu, 14 Mei 2014

MAKALAH FISIOLOGI KEBIDANAN



“Preeklampsi & Diabetes Mellitus Gestasional”

D i s u s u n    O l eh :

●Nama      : Tri Rika Sri Megawita
●NIM       : 13140115
●Kelas      : B.10.2
●Prodi       : D4-Bidan Pendidik
●Fakultas  : Ilmu Kesehatan

Universitas Respati
Yogyakarta
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan (kedokteran), memungkinkan dilakukannya upaya pengendalian berupa kegiatan promosi dan juga pencegahan serta penanggulangan penyakit termasuk tidak menular, contohnya yaitu preeklamsi dan diabetes melitus gestasional.Pedoman teknis penemuan dan tata laksana Preeklamsi dan diabetes melitus gestasional ini merupakan salah satu pedoman bagi petugas kesehatan.
Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi.Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan.
          Selama kehamilan, produksi insulin harus ditingkatkan. Pada beberapa wanita peningkatan ini tidak cukup sehingga menyebabkan pengaturan gula darahnya memburuk. Gula darahnya menjadi terlalu tinggi, terutama setelah makan. Peningkatan gula darah yang tinggi ini menggambarkan kondisi yang disebut diabetes kehamilan (gestational diabetes).
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.



1.2 Rumusan Masalah
 1.sejauh manakah pengetahuan tentang preeklampsia dan diabetes mellitus   gestasional dari segi faktor risiko,komplikasi dan antenatal care yang harus diberikan kepada ibu mengandung?
2.Bagaimana mengidentifikasi masalah dan penegakan diagnosa  pada preeklamsia dan diabetes melitus gestasional?
3.Bagaimana penanganan preeklamsia dan diabetes melitus gestasional?


1.3 Tujuan
1.Mampu mengoptimalkan upaya dalam pengurangan angka kematian ibu dan bayi yang saat ini masih tinggi.
2. Mengetahui bahwa Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum dan juga  kontra indikasi terhadap persalinan normal.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kebidanan tentang faktor
risiko seseorang ibu hamil untuk mendapatkan kasus Preeklampsia dan GDM
4.Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kebidanan mengenai komplikasi yang bakal dihadapi oleh ibu hamil dan pada janin kalau GDM tidak ditangani pada tahap awal.

BAB II
KAJIAN TEORITIS PREEKLAMSIA

2.1. Epidemiologi
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia preeclampsia masih merupakan sebab  utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi.  
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan, juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein urine harus benar – benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis.
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat.

2.2 Patofisiologi
Pada Preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Perubahannya pada organ-organ :
a)   Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis, thrombosis   pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium
b)   Retima
c)    Metabolism air dan elektrout
d)   Mata
e)   Otak, pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri.
f)     Uterus aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta.
g)    Paru-paru, kematian ibu pada preeclampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru.

2.2.1 Tanda
Peringatan tanda-tanda preeklampsia, yang dapat berkembang secara bertahap atau tiba-tiba menyerang, sering kali terjadi dalam beberapa minggu terakhir kehamilan. Pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan tangan, sering menyertai preeklamsia juga. Namun demikian pembengkakan tidak dianggap sebagai tanda yang dapat diandalkan untuk preeklamsia, karena hal itu juga terjadi pada kehamilan normal.

2.2.2 Gejala
Gejala  yang muncul antara lain:
 - Sakit kepala persisten
 - Perubahan penglihatan, termasuk penglihatan kabur, kilatan cahaya, kepekaan terhadap     cahaya dan kehilangan penglihatan
- Nyeri perut bagian atas, biasanya di sisi kanan
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba, biasanya lebih dari 5 pon (2,3 kilogram) seminggu
- Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
-Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
-Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

2.2.3 Faktor Resiko
a)   Riwayat Preeklampsia
b)   Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
c)    Kegemukan
d)   Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
e)   Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.

2.2.4 Komplikasi
         
1.   Berkurangnya aliran darah menuju plasenta.
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.

2.   Lepasnya plasenta.
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.

3.   Sindrom HELLP.
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.

4.   Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.

2.2.5 Tatalaksana
Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :
- Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).
- Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
- Sedativa ringan : tablet phenobarbital  3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral
selama 7 hari.
- Roborantia
- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,  hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :
1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala pre eklampsia.
2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu).
3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat
- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat
jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.

BAB III
DIABETES MILITUS GESTASIONAL

3.1.Epidemiologi
Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health Organization (WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala projeksinya ke tahun 2025 akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Kira-kira 135,000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira 3-5%. Bagi data statistik bagi kasus GDM di Indonesia , penulis tidak bisa mendapat datanya karena tidak ada penelitian yang sahih telah dilakukan di negara Indonesia mengenai GDM.

Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining dan diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA,2008 Standard of Medical Care,
pada wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan
mempunyai risiko mendapat GDM berada di kategori sedang. Mereka perlu
melakukan melakukan tes gula darah pada kehamilan 24 - 28 minggu. Ditambah
lagi, risiko mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun
adalah 1%, lebih dari 25 tahun adalah 14%, umur ibu diantara 21 – 30 tahun
adalah kurang dari 2% dan pada ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 -
14% mengikut statistik yang didapatkan dari buku Diabetology of Pregnancy,
oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol 17 dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini,
kita bisa merangkupkan wanita di Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri
menpunyai risiko untuk mendapat GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25
tahun mempunyai risiko tinggi mendapat GDM.
3.2.Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya

3.2.1 Tanda
Walaupun terkadang tidak ada tanda yang jelas, tetapi diabetes melitus gestasional dapat dikenali dari tanda-tanda yang umum dialami, seperti:
  • Sering buang air kecil
  • Haus berlebihan
  • Peningkatan kelaparan
  • Kehilangan berat badan yang drastis
  • Kelelahan
  • Kurangnya minat dan konsentrasi
  • Muntah dan nyeri perut (sering keliru sebagai flu)
  • Sebuah sensasi kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki
  • Sering infeksi
  • Luka lambat sembuh
3.2.2 Gejala
          Diabetes kehamilan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Bila ada gejala, keluhan yang mungkin dirasakan adalah gejala umum diabetes seperti rasa haus terus-menerus, sering buang air kecil, dan cepat lelah.
3.2.3 Faktor Resiko
          Penyebab diabetes kehamilan diduga karena kebutuhan insulin yang meningkat sampai 2-3 kali lebih tinggi selama kehamilan. Di sisi lain, sejumlah hormon yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan janin bertindak berlawanan dengan insulin. Jika efek hormon-hormon melebihi kemampuan ibu untuk memproduksi insulin yang cukup, kadar glukosa darah akan meningkat.
Wanita yang hamil pada usia di atas 30 tahun berisiko lebih tinggi terkena gangguan ini. Faktor risiko lain adalah keturunan (terutama bila orang tua atau saudara kandungnya memiliki diabetes tipe 1 atau tipe 2), kelebihan berat badan (BMI lebih dari 25 kg/m2), pernah menderita diabetes kehamilan sebelumnya, dan riwayat penyakit sindrom ovarium polikistik (PCO).
3.2.4 Komplikasi
          Diabetes kehamilan berisiko menimbulkan komplikasi kehamilan yang membahayakan ibu hamil dan bayinya. Risiko komplikasi bagi ibu hamil mencakup hipertensi kehamilan (pre-eklamsia), edema (pembengkakan), cairan ketuban terlalu banyak, melahirkan bayi lebih besar dari ukuran normal (makrosomia) dan persalinan prematur. Potensi risiko untuk bayinya termasuk penyakit kuning, gula darah rendah dan kesulitan bernafas saat lahir.
          Bayi yang ibunya terkena diabetes kehamilan cenderung memiliki berat badan besar karena dia harus membuat insulin ekstra untuk mengontrol gula darah yang tinggi, sehingga cadangan lemak dan jaringannya besar. Hal ini dapat membuat proses kelahirannya sulit dan seringkali harus melalui operasi caesar. Bayi tersebut juga dapat memiliki gula darah rendah (hipoglikemia) setelah lahir karena tingkat insulin tubuhnya yang tinggi. Beberapa studi menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes kehamilan lebih berisiko terkena diabetes tipe 2 dan obesitas di usia dewasanya.

3.2.5 Tatalaksana
          Penatalaksanaan DMG harus dilaksanakan terpadu oleh spesialis penyakit dalam, bekerja sama dengan spesialis obstetri ginekologi, spesialis anak dan ahli gizi. Penatalaksanaan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatus. Secara umum, penatalaksanaan DMG sama seperti penatalaksanaan DM umumnya. Berdasarkan konsensus Diabetes Melitus Gestasional yang dikeluarkan PERKENI yang menyebutkan bahwa sasaran kendali glikemik pada ibu hamil dengan diabetes sesuai dengan: Glukosa darah puasa : 105 mg/dL dan Glukosa darah 2 jam pasca makan : 120 mg/dL.

BAB IV
PENUTUP


A.Kesimpulan
       Preeklampsia dan Diabetes Melitus Gestasional merupakan Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan- perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme  karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu  keseimbangan metabolisme  karbohidrat.
B.Saran
Makalah ini disusun agar para pembaca khususnya pada wanita hamil agar selalu memeriksakan kehamilannya, kepada tenaga kesehatan karena,RISIKO pada ibu hamil memang cukup tinggi. Kenali gejalanya sedini mungkin agar dapat diatasi dengan tepat dan tidak meninggalkan risiko pada janin.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta, 1998.

Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2001

Hanifa. Ilmu Kebidanan ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta 2005

http://www.scribd.com/doc/899951/laporan kasus preeklampsia nas.

http://kuliahbidan.wordpress.com
Adam JMF, editor. Skrining diabetes mellitus pada kehamilan.

Dalam :Endokrinologi praktis. Diabetes mellitus, tiroid, hiperlipidemi. Ujung
Pandang; PT. Organon .1989  hal. 105 – 13.

Diabetes forum. Treatment gestational diabetes mellitus. Avalaible from :  diabetes-
forum.net/cgi-bin/display_engine.pl?category_id=6&content_id/html.Accessed
September 28, 2003.

Adam JMF. Diagnosis dan penatalaksanaan diabetes mellitus gestasional. Dalam : Noer

HMS at al, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam.  Jilid I.  Edisi 3.  Jakarta  :  Balai
penerbit FKUI. 1996. hal. 675 – 80



Tidak ada komentar:

Posting Komentar